Pages

Tuesday, 12 February 2013

APLIKASI MAKNA TE SHIMAU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG




A. PENDAHULUAN
Aturan-aturan dalam bahasa Jepang memiliki perbedaan yang cukup besar baik dari segi morfologi, sintaksis, dan lain-lain. Terlebih lagi dengan adanya perbedaan huruf, struktur kata dan kalimat, dan tata bahasa. Hal inilah yang membuat penerjemahan dari bahasa  Jepang ke bahasa Indonesia terasa sulit. Salah satu yang kadang terasa sulit untuk dicarikan padanannya ke dalam bahasa Indonesia yaitu bentuk verba bantu. Di mana di  dalam bahasa Jepang, verba bantu disebut dengan “Hojodoushi” (補助動詞). Menurut Ogawa dalam kamus Nihongo Kyoiku Jiten, suatu verba yang digunakan dengan meletakkannya di belakang verba yang lain, jika verba ini berfungsi menambah suatu arti tertentu secara gramatikal, maka kata ini disebut dengan hojodoushi (Ogawa, 1982 :121) Salah satu dari bentuk hojodoushi tersebut adalah teshimau.
         Makna te shimau dalam sebuah kalimat sering mengalami perubahan. Ini disebabkan, karena hojodoushi te shimau bergabung dengan kata kerja lain yang berfungsi membantu kata kerja sebelumnya, juga untuk memberikan makna yang berbeda atau bertambah secara gramatikal pada verba yang diikutinya. Arti sebenarnya dari verba tersebut dapat menghilang, menguat, atau berubah, bahkan ada yang tidak diterjemahkan sehingga menyebabkan timbulnya makna lain saat diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran.
Sehingga dalam proses menerjemahkan walaupun kelihatannya masalah ini sangat sederhana, dapat menimbulkan kesan jauh berbeda dari makna yang terkandung dalam konteks kalimat tersebut. Di mana nantinya akan dapat menimbulkan makna yang berbeda bila dibandingkan dengan bahasa aslinya. Hal inilah yang membuat  pembelajar bahasa Jepang menemukan kesulitan ketika dihadapi dengan kalimat yang menggunakan te shimau.


B. LATAR BELAKANG MASALAH 
      Bahasa merupakan media yang sangat penting bagi manusia untuk ber komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Karena tanpa bahasa, manusia tidak dapat untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan keinginan, serta tidak dapat mengembangkan ide-ide, kebudayaan dan pengetahuan. Bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi antar anggota masyarakat yaitu individu-individu sebagai manusia yang berpikir, merasa dan berkeinginan. Pikiran, perasaan dan keinginan, baru terwujud bila dinyatakan, dan alat untuk menyatakan itu adalah bahasa
Dapat disimpulkan bahwa bahasa berkaitan erat dengan komunikasi, karena bahasa dipakai oleh individu sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran, perasaan maupun keinginannya. Dengan demikian, komunikasi menjadi hal yang sangat berarti, yang berkaitan dengan bahasa, salah satunya yaitu bahasa Jepang. Agar komunikasi dengan orang Jepang dapat berjalan lancar maka diperlukan penerjemah, baik  penerjemah lisan maupun tulisan.
Secara luas terjemahan diartikan sebagai kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi, dari informasi sumber ke dalam informasi sasaran. Dalam cakupan yang lebih sempit, menerjemahkan diartikan suatu proses pengalihan pesan yang terdapat di dalam teks bahasa sumber dengan padanannya di dalam bahasa sasaran, sehingga tidak terjadi kesalahan mengenai informasi yang disampaikan. Padanan di sini tidak saja menyangkut padanan formal bahasa berupa padanan kata per kata, frase per frase, ataupun kalimat per kalimat, melainkan juga padanan makna, yang pada pokoknya makna yang tidak merusak gagasan dan pesan yang terkandung di dalam bahasa sumber. Begitu juga dengan penerjemahan  hojodoushi teshimau yang terdapat di dalam bahasa Jepang. Bentuk teshimau seringkali diterjemahkan dengan  telah menyelesaikan sesuatu perbuatan dengan tuntas. Penerjemahan bentuk teshimau ini belum tentu hanya memiliki arti tersebut di atas. Hojodoush teshimaui memiliki beragam arti jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penerjemahannya tidak bisa sembarangan, namun harus sesuai dengan konteks kalimatnya.
Dalam proses menerjemahkan walaupun kelihatannya masalah ini sangat sederhana, dapat menimbulkan kesan jauh berbeda dari makna yang terkandung dalam konteks kalimatnya. Nantinya akan menimbulkan makna yang berbeda bila dibandingkan dengan bahasa aslinya. Adapun defenisi teshimau  menurut  Yoshiyuki Morita di dalam “Kiso Nihongo” adalah
動詞に付いてその動作が完了する意を表す。
Doushi ni tsuite sono dousa ga kanryou suru I wo arawasu.
(Morita, 1989 : 231)
“Jika disertakan pada verba, menunjukkan arti/makna bahwa aksi atau perbuatan tersebut telah selesai”.

Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik terhadap penerjemahan makna  teshimau, karena makna teshimau itu tidak hanya untuk menunjukkan suatu perbatan yang telah selesai dilakukan saja, tetapi ada  makna lainnya.           
Makna erat kaitannya dengan semantik, karena semantik merupakan bagian dari ilmu linguistik yang membahas atau mengkaji mengenai makna atau arti, yang unsur pembangunnya adalah tata bahasa yang menjadi bagian dalam ilmu bahasa.
Harimurti Kridalaksana dalam “Kamus Linguistik” (Kridalaksana, 1984:174) menyatakan,
1.  Semantik merupakan bagian dari struktur bahasa yang  berhubungan dengan makna dari ungkapan dan juga dengan struktur  makna suatu wacana.
2.  Semantik adalah sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa, makna teshimau itu dapat mengalami perubahan, atau  arti dari teshimau tersebut dihilangkan.Contoh kalimat yang menggunakan teshimau :
(1)  あの本を読んでしまいました
      Ano hon wo yondeshimaimashita.
      Telah selesai membaca buku itu.
 (2) どこかで財布を落としてしまいました
   Dokoka de saifu wo otoshiteshimaimashita.
      Telah jatuh dompet di suatu tempat .
                                                                            (Minna no Nihongo II :29)   
            Pada contoh (1) kata yondeshimaimashita mempunyai makna telah selesainya suatu aksi/perbuatan membaca buku. Akan tetapi pada contoh (2), tidak dapat diartikan dengan telah selesainya suatu aksi/perbuatan. Pada contoh (2) tersebut, kata otoshiteshimatta diartikan dengan telah jatuh, dan bukan diartikan dengan telah selesainya perbuatan jatuh. Ini merupakan salah satu kesulitan yang dihadapi oleh yang orang yang mempelajari bahasa Jepang dalam memahami suatu makna.


C. PEMBAHASAN
Pengertian Hojodoushi
Terdapat berbagai pengertian mengenai hojodoushi. Menurut Ogawa di dalam “Nihongo Kyouiku Jiten”, hojodoushi adalah suatu verba yang digunakan dengan meletakkannya dibelakang kata  yang lain, dan verba ini berfungsi menambah suatu arti tertentu secara gramatikal. Sedangkan menurut Taketoki Yoshikawa dalam  buku Nihon Bunpou Nyumon dikatakan bahwa ada beberapa verba yaitu iru (いる), aru (ある),  oku (おく), shimau (しまう), kuru (くる), iku (いく) miru(みる)yang berfungsi sebagai hojodoushi, di samping fungsinya sebagai predikat yang berdiri sendiri. Verba yang berfungsi sebagai Hojodoushi tersebut diletakkan di belakang verba bentuk te () dan secara tata bahasa  mempunyai arti tertentu, dan biasanya arti aslinya akan melemah / hilang. Seperti yang dikatakan oleh Taketoki Yoshikawa di atas bahwa ~teshimau  juga  termasuk salah satunya yang berfungsi sebagai hojodoushi, yang  diletakkan di belakang verba lain bentuk te(). Sebelum membahas makna dari teshimau, terlebih dahulu harus mengetahui perubahan kata kerja yang yang bergabung dengan bentuk te(~).
Kata kerja dalam bahasa Jepang dibagi atas tiga kelompok, masing-masing kelompok tersebut mempunyai aturan tersendiri dalam bertransformasi. Berikut ini adalah contoh dari beberapa verba  bentuk te (), yang dibagi menurut kelompoknya masing-masing.


Kelompok
ます形(masu kei)
Bentuk masu
て 形(te kei)
Bentuk te
Arti
I

会いますaraimasu
会って atte
Bertemu
持ちますmochimasu
持って motte
Membawa
帰りますkaerimasu
帰ってkaette
Pulang
死にますshinimasu
死んでshinde
Meninggal
遊びますasobimasu
遊んでasonde
Bermain
飲みますnomimasu
飲んでnonde
Minum
聞きますkikimasu
聞いてkiite
Bertanya
急ぎますisogimasu
急いでisoide
Tergesa-gesa
II
貸します kashimasu
貸してkashite
Meminjamkan
食べますtabemasu
食べてtabete
Makan
浴びます abimasu
浴びてabite
Mandi
教えますoshiemasu
教えてoshiete
Mengajar
見ますmimasu
見てmite
Melihat
III
勉強しまうbenkyoushimasu
勉強してBenkyoushite
Belajar
来ますkimasu
来てkite
Datang

Setelah mengetahu perubahan dari kata kerja masu ke dalam kata kerja bentuk te (), maka kata kerja bentuk te ()  tersebut dapat digabungkan dengan  bentuk ~teshimau.Seperti contoh berikut ini  :
死にます         +   しまう        = しんでしまう
食べます                  しまう         = たべてしまう   
勉強します     +   しまう    = べんきょうしてしまう
来ます                      しまう         = きてしまう 
会います                  しまう        = 会ってみます                                      
      
Makna ~teshimau
            Makna dari te shimau itu bermacam-macam jika bergabung dengan verba. Berikut ini adalah pengelompokkan kalimat yang mempunyai makna dari ~teshimau.

1.  残念
            Zannen
            Menunjukkan rasa penyesalan, kecewa, kasihan.
                        a.   テレビが壊れてしまった
                   Terebi ga kowareteshimatta
                   Televisinya  rusak.
                   Ket :    Makna pada kalimat tersebut, pembicara merasa kecewa karena televisinya telah rusak.

b.       電車に傘を忘れてしまいました。
Densha ni kasa wo wasureteshimaimashita.
Tas saya ketinggalan di dalam kereta.
Ket :     Pembicara menunjukkan penyesalannya, karena lupa mengambil payung di dalam kereta.

c.       タクシーで行きましたが、約束の時間に遅れてしまいました。
Takushi de ikimashita ga, yakusoku no jikan ni okureteshimaimashita.
                  Pergi dengan taksi, tetapi  tetap telat dari  waktu yang  dijanjikan.
      Ket :    Pembicara mesasa kecewa karena tidak tepat waktu.Padahal perginya dengan taksi.          

d.      もう帰ってしまうのですか。
Mou kaetteshimau no desuka.
Apakah (dia) sudah  pulang?
Ket :    Pembicara merasa kecewa karena dia sudah pulang tanpa memberitahu. 

e.       服にペンキを付けてしまった。
Fuku ni penki wo tsuketeshimatta.
Bajuku kena cat.
Ket :    Pembicara kecewa dengan bajunya yang kena cat.

f.        糸が切れてしまった。
Ito ga kirete shimatta.
                                          (Sayang) benangnya telah putus.
                              Ket :    Pembicara  menunjukkan rasa penyesalan dan kekecewaannya akan benangnya yang telah putus.
       2.  完了
            Kanryou
           Menunjukkan telah selesainya perbuatan, atau terwujudnya suatu keadaan  akibat perbuatan tersebut.
a.    この雑誌は全部読んでしまいました。
      Kono zasshi wa zenbu yondeshimaimashita
      Saya telah membaca majalah ini semuanya.
      Ket :    Pembicara menunjukkan majalah tersebut telah dibaca semuanya.

b.    感じの宿題はやってしまいました。
                              Kanji no shukudai wa yatteshimaimashita.
                              Tugas kanji telah selesai dikerjakan
                      Ket :   Makna yang terkandung di dalam kalimat ini, tugas kanji telah selesai dikerjakan  dan tidak ada yang tersisa.

                        c.   みんなでやったらすぐに終わってしまった。
Minna de yattara sugu ni owatteshimatta
Begitu dikerjakan bersama-sama sebentar saja  selesailah sudah.
Ket :  Pembicara mengatakan dengan dikerjakan dengan bersama-sama, pekerjaan ini  selesai  dikerjakan semuanya  tanpa tersisa.


d.      論文を最後まで書いてしまう。
Ronbun wo saigo made kaiteshimau.
Menulis makalah sampai selesai
Ket :   Pembicara telah selesai menulis makalah semuanya.

e.       この間のお菓子はもう食べてしまいましたか。
Kono aida no okashi wa mou tabeteshimaimashita.
Apakah kamu sudah makan (habis) kue  yang waktu kemarin?
Ket :   Pembicara bertanya menggunakan ~teshimau karena pembicara tidak  melihat lagi kue  yang tersisa.
    
3.    めんどう
Mendou
Menerangkan  tentang  kesulitan suatu perbuatan.
a.       糸が切ってしまった。
Ito ga kitteshimatta.
Benang nya  telah  saya  potong .
Ket :    Aktivitas memotong benang ini telah selesai dilakukan, pada kalimat ini ditampilkan kesan bahwa pekerjaan tersebut sulit dilakukan  dan memerlukan waktu lama.

b.  怒られるかもしれない思い切って言ってしまおう。
Okorareru kamoshirenai omoi kitte itte shimaou.
Boleh jadi saya akan dimarahi, tapi dengan memberanikan diri saya mengatakan juga.
Ket :    Pada kalimat di atas, terdapat makna tentang sulitnya untuk mengatakan sesuatu walaupun dengan memberanikan diri, karena ada resiko dari perbuatan tersebut.


c.   ええい、この家に決めてしまえ。
      Eei, kono ie ni kimeteshimae.
      Biarlah, saya pilih rumah ini saja.
      Ket :    Pada kalimat ini terdapat kesan  sulitnya untuk memilih sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan.

d.   急に客に来られると困ってしまう。
      Kyuu ni kyaku korareru to komatteshimau.
      Susah karena tiba-tiba kedatangan tamu.
      Ket :    Pembicara merasa disulitkan dengan datangnya tamu secara tiba-tiba, tanpa memberitahu dahulu.

e.   予算がなくなってしまって計画は中止になった。
      Yosan ga nakunatteshimatte keikaku wa chuushi ni natta.
      Karena kehabisan biaya,maka rencananya dibatalkan.
      Ket :    Pembicara mengalami kesulitan dalam hal biaya, yang mengakibatkan dibatalkannya sebuah rencana.

4.  うっかり
         Ukkari
Menerangkan suatu perbuatan yang dilakukan dengan tidak sengaja, lengah
                        a.  話しに夢中になっていてうっかり駅を乗りすごしてしまった。 
                             Hanashi ni muchuu ni natte ite ukkari eki wo norisugoshiteshimatta.
Karena terlalu asyik bercakap-cakap, hingga terlewatlah setasiun dimana saya harus turun.
Ket :     Makna yang terkandung pada kalimat di atas adalah  tanpa sengaja karena asyik bercakap-cakap, terlewatkan stasiun temapat turun.


                                    b.  標識が小さくてうっかりしたので見過ごしてしまった。
                              Hyoushiki ga chiisakute ukkari shitanode misugoshiteshimatta.
Tandanya kecil sekali , karena lengah sedikit saja maka terlewat.
Ket :    Pada kalimat tersebut pembicara tidak dengan sengaja melengah.

c.       疲れていたので眠ってしまった。
Tsukarete ita node nenemutteshimatta.
Karena kelelahan makanya mengantuk.
Ket :    Makna pada kalimat di atas, mengantuk tersebut tidak disengaja, tapi disebabkan karena kelelahan.

d.  体力がついていない、休日なんかどっと疲れが出て、一日眠っ      ているだけで終わってしまうんです。
       Tairyoku ga tsuite inai, kyujitsu nan ka dotto tsukare ga dete, ichi   nichi nemutteiru dake de owatteshimaun desu.
 Sudah tidak bertenaga, dan pada hari libur rasa lelah muncul semua,                  dan hanya dengan tidur saja, hari libur pun sudah habis.
Ket :   Terkandung makna  tanpa disengaja hari libur telah habis begitu saja tanpa melakukan kegiatan apapun.Ini disebabkan karena kelelahan  pada waktu bekerja.

5. 不都合
   Futsugou
Menunjukkan tentang hal yang tidak mengenakkan / pantas / layak, atau menunjukkan perbuatan yang salah.
a.        糸を切ってしまった。
Saya telah memotong benang ini.
Ket :   Pembicara  merasa bersalah karena telah memotong benang itu.

b.    円遊の演ずる人物から円遊を隠せば、人物がまるで消滅してしまった。
Enyu no enzuru jinbutsu kara Enyu o kakuseba, jinbutsu ga marude shoumetsushite shimatta.
Kalau kamu menyembunyikan karakter Enyu sebagai bagian dari karakter yang dimainkan, karakter itu akan hilang.
Ket :   Pada kalimat di atas terkandung makna akan salah bila menyembunyikan  karakter Enyu pada drama yang dimainkan, yang menyebabkan karakternya hilang.
c.    用事を忘れてしまいました。
       Youji wo wasurete shimaimashita.
       Saya lupa kalau saya ada urusan penting.
       Ket :   Pembicara merasa bersalah, karena lupa akan suatu urusan yang sangat penting.


D. KESIMPULAN
            Pada verba bantu (hojodoushi) bentuk teshimau, verba sebelumnya harus verba bentuk te, berdasarkan kaidah atau aturan-aturan tertentu. Verba bentuk te jika bergabung dengan bentuk teshimau maka makna yang terkandung di dalam kalimat tersebut akan   mengalami perubahan makna. Verba bantu ini berfungsi membantu verba lain untuk memberikan arti tambahan secara gramatikal pada verba yang diikutinya. Arti sebenarnya dari verba tersebut dapat menghilang, menguat, atau berubah, bahkan tidak diterjemahkan sehingga menyebabkan timbulnya makna lain saat diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran. Makna dari kalimat yang menggunakan ~teshimau dapat dikelompokkan, yaitu :
1.      Menunjukkan rasa penyesalan, kecewa dan kasihan.
2.  Menunjukkan telah selesainya perbuatan, atau terwujudnya suatu keadaan  akibat perbuatan tersebut
3.      Menerangkan  tentang  kesulitan suatu perbuatan
4.      Menerangkan suatu perbuatan  yang dilakukan dengan tidak sengaja, lengah
5.      Menunjukkan tentang hal yang tidak mengenakkan / pantas/ layak, atau menunjukkan perbuatan yang salah


DAFTAR PUSTAKA
Djajasudarma, T. Fatimah.1993. Semantik I .Bandung :Eresco.

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. PT. Gramedia Pustaka; Jakarta
Machali, Rohayah. 2000. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta :Grasindo.

Matsuura, Kenji.  1994. Kamus Bahasa Jepang Indonesia. Kyoto Zangyo University   Press; Kyoto

Morita ,Yoshiyuki.1989. Kiso Nihongo.Tokyo : Kadokawa Shoten

Nelson, N.Andrew. 1994. Kamus Kanji Modern  Jepang Indonesia. Jakarta : Kesaint Blanc
Ogawa, Yoshio.1982. Nihongo Kyoiku Jiten. Japan : Taishukan Publising Company.

Taketoki, Yoshikawa.1989. Nihon Bunpou Nyumon.Japan :AL  C. Press

Tim Kokuritsu Kokugo Kenkyuujo.1988. Kamus Pemakaian  Bahasa Jepang Dasar  Edisi Bahasa Indonesia.Kokuritsugo Kenkyuusha.

________. 2004. Minna no Nihongo Shokyuu II. Tokyo : Surie Network.

________.2002. Minna no Nihongo Shokyuu II Oshiekata  no Tebiki. Tokyo : Surie Network





                            

2 comments:

  1. maaf saya ijin copas ini boleh? untuk berbagi ke teman2 yang sendang belajar bahasa jepang..
    nanti sy cantumkan sumber materi yang di dketik di atas..
    Trimakasih sebelum'a ^ ^

    ReplyDelete
  2. Maaf kalo saya ingin bertanya, buku Nihon Bunpou Nyumon bisa ditemukan di mana ya ka? Saya ingin menjadikan sumber referensi saya untuk tugas akhir perkuliahan

    ReplyDelete